Setelah satu semester berkutat dengan pekerjaan di kampus, banyak persoalan yang syarat dengan emosi, kejenuhan, atau mungkin penat dengan kesibukan yang penuh dengan pekerjaan di kantor saja, kira-kira itulah yang kami rasakan, sehingga terencana untuk refreshing ditempat-tempat yang menyenangkan. Terpikir oleh kami beberapa alternatif lokasi/tempat tersebut, misalnya pulau sempu, bali atau banyuwangi. Setelah berpikir kira-kira satu minggu diambillah kesimpulan bahwa lokasi refreshing di Banyuwangi dan Bali, dengan rencana 3 hari.
Diawali perjalanan kami menuju kabupaten banyuwangi pada hari jum’at, 02 juli 2010 pukul 15.00 dari kampus UIN Maliki Malang dengan menggunakan Mobil Fakultas Ekonomi tipe Avanza, ada 6 orang yang ikut dalam perjalanan tersebut yaitu Saya, Romi Faslah, Muis, Khadi, Tamam dan salah satu temannya Muis dari Kalimantan (saya lupa namanya). Sebenarnya, banyak teman-teman lain yang ingin bergabung dalam perjalanan ini namun ada beberapa kendala yang kemudian tersisa 6 orang tersebut.
Dalam perjalanan menuju banyuwangi –memang tujuan kami adalah refreshing- banyak tempat yang kita singgahi diantaranya adalah rumah Khadi di Pasuruan, sesampai di rumahnya kira-kira pukul 16.30, sejenak kita santai, sholat Asar, sambil mencari kebutuhan logistik diperjalanan selanjutnya. Kemudian perjalanan kita lanjutkan menuju Jember, tepat jam 21.00 perjalanan kita sampai di sebuah kecamatan bernama Silo, kita bingung mencari tempat untuk Nonton bareng piala dunia antara Brazil Vs Belanda, akhirnya ditengah perjalanan ada kelompok masyarakat yang mengadakan nonton bareng sepak bola, dan kamipun menyempatkan untuk bergabung dengan mereka, yah…nonton bareng. Dari 6 orang yang ikut dalam perjalanan ini 3 orang, Muis, Tamam dan 1 teman yang dukung Brazil dan 3 orang yaitu saya, romi dan Khadi mendukung belanda, tampak suasana asyik sambil gojlok-gojlokan ketika tim yang didukung masing-masing menyerang atau bahkan hampir mencetak gol. Suasana semakin panas ketika umpan terobosan Filipe Melo di eksekusi dengan baik oleh Robinho dan menjadi Gol, brazil unggul 1:0 atas belanda, bagi kami yang mendukung Belanda tentu mendapat “bonus gojlokan” dari temen-temen yang mendukung Brazil, sampai babak pertama pertandingan kedudukan masih sama. Dalam suasana yang penuh dengan kesenangan tersebut membuat kami terlena bahwa kita sudah ada janjian sama pemilik nelayan di Muncar banyuwangi pada pukul 02.00, akhirnya kami sudahi nonton bareng meskipun masih tersisa satu babak lagi, untukngnya RRI menyiarkan langsung pertandingan tersebut, sehingga dalam perjalanan kami menuju Banyuwangi tetap tahu perkembangan dari menit-ke menit pertandingan itu.
Ditengah perjalanan menuju banyuwangi tersebut suasana gojlokan masih terasa dari pihak pendukung brazil, namun gojlokan tersebut berakhir ketika filipe melo memasukkan bola ke gawangnya sendiri dan bahkan ketika Sneijder mencetak gol ke 2 untuk Belanda, suasana yang semula menjadi sebaliknya….
Akhirnya, tepat pukul 23.00 mobil yang kami tumpangi masuk di kabupaten Banyuwangi, tanpa terasa perut kami keroncongan, sebab sejak sore perut kami belum terisi makanan, dan saya mengajak teman-teman untuk makan di warung pedas mak In, di desa Blambangan Muncar dengan spesial menu cumi-cumi pedas, setelah selesai makan malam perjalanan kita lanjutkan menuju “heaven village” tempat kelahiran saya, tepat pukul 24.00 kami tiba di rumah saya. Kalau dihitung-hitung, perjalanan kami dari Malang sampai tempat saya menyita kurang lebih 9 jam, wah..tentu perjalanan yang melelahkan……
Kemudian sejenak kami santai di teras rumah sambil menikmati kopi asli banyuwangi, ngobrol kesana kemari seakan-akan tidak ada habisnya bahan obrolan, dan tanpa kita sadari jam sudah menunjukkan pukul 02.30, itu artinya bahwa uji adrenalin tahap satu siap dimulai, kami menyiapkan keperluan seperti makanan, minuman, kail, panjing dan beberapa kebutuhan memancing.
Uji Adrenalin Tahap satu (hari pertama)
Setelah kebutuhan yang diperlukan siap, maka tepat pukul 02.45 perjalanan dilanjutkan menuju desa kawang, tempat bersandarnya perahu, dengan 7 personil + satu teman dari banyuwangi. Banyak orang mengingatkan kita tentang kondisi cuaca yang tidak bersahabat, termasuk pemilik perahu yang kita tumpangi. Yah…benar saja, pada pukul 03.00 pengujian di mulai. Kira-kira perjalanan laut kurang lebih 15 menit, perahu yang kita tumpangi sudah di hantam ombak yang cukup besar sampai air ombak tersebut masuk di dalam perahu. Melihat kondisi tersebut, teman yang belum terbiasa menghadapi gelombang, tentu sangat ketakutan, dan kejadian tersebut berulang-ulang sampai kira-kira 30 menit perjalanan lepas pantai.
Akhirnya, sampailah kita di lokasi pemancingan yang kita inginkan… semua menyiapkan peralatan masing-masing, game di mulai….baru 1 menit melemparkan kail di laut, kailku langsung di santap sama ikan terongan…wou…strike……terus dan terus….kira-kira pukul 07.00, kita pindah lokasi yang agak ditengah, umpan di masukkan dan strike. Satu persatu dari kami menarik ikan dari kail masing-masing…tetapi semua terdiam ketika romi mendapatkan ikan merah yang cukup besar. Baru satu jam menikmati pesta ikan, gangguan sudah muncul, yaitu angin disertai dengan gelombang yang cukup tinggi….tau gak apa yang terjadi….? Satu persatu pemula…plek…plek…alias teler karena hantaman gelombang yang bertubi-tubi, akhirnya kita memilih lokasi yang aman dari gelombang yaitu di barat gunung sembulungan, benar saja, karena angin dari timur, kita terhindar dari amukan gelombang nyai roro kidul. Namun sayangnya, lokasi yang nyaman dan aman tidak ada ikan yang kita dapat, hanya saya yang dapat 2 ikan kerapu, itupun kecil-kecil…..kemudian hunting lokasi lagi, dan seterusnya. Sampailah kita di lokasi yang namanya bagang, beberapa dari kami masih mencoba untuk strike lagi, dan tiga teman memanfaatkannya untuk istirahat. Benar-benar suasana yang penuh dengan tantangan….dari kegiatan memancing ikan tersebut kita menghabiskan waktu kurang lebih 9 jam, tepat pukul 12.00 aktivitas di hentikan dan go back…untuk istirahat.
Pada pukul 15.00 kami memanfaatkan waktu luang untuk menikmati suasana pelabuhan ikan muncar, benar saja, suasana yang begitu nyaman, asri disertai angin sepoi basah dari laut sungguh menjadi penghilang rasa capek yang luar biasa sewaktu memancing di selat Bali. Kurang lebih 2 jam di pelabuhan perjalananya dilanjutkan ke masakan khas Banyuwangi, bakso. Sambil asyik ngobrol kesana kemari, kita juga memanfaatkan untuk “rapat darurat” membahas kegiatan hari minggunya. Hasil keputusannya bahwa agenda hari minggu dimanfaatkan untuk ke Plengkung/G-Land, satu zona surfing kelas dunia. Namun ada satu teman yang pergi ke bali dan memang ada kegiatan di Bali. Akhir cerita, perut kenyang dan kembali ke home.
Sesampainya di rumah, para “Stricker dadakan” ini sudah disibukkan dengan berdebat tentang jago bola masing-masing ada yang menjago Argentina dan Ada yang menjago jerman. Sambil menikmati makan malam hasil tangkapan sendiri, kita memanfaatkan untuk mencari strategi tentang kegiatan di G-Land pada hari minggunya, sedangkan mas romi asyik dengan menonton GP. Ketika asyik ngobrol, tiba-tiba adik-ku memberi tahu bahwa piala dunia sudah di mulai dan kami pun bergegas menuju lokasi nonton bareng dengan beberapa teman yang sudah stand di situ sebelumnya. Dan hasilnya 4:0 untuk jerman.
Uji Adrenalin Tahap dua (hari ke-dua)
Jam 06.00 pagi kami telah selesai menyiapkan beberapa kebutuhan selama kegiatan di G-Land nantinya. Dan pukul 06.30 kami melanjutkan perjalanan menuju Plengkung/G-land. Sebelum melanjutkan cerita saya mau perkenalkan dulu tentang G-Land/ Plengkung:
Plengkung atau yang dikenal oleh wisatawan mancanegara dengan nama G-Land merupakan surga bagi para peselancar profesional dari dalam negeri ataupun mancanegara. Huruf G berasal dari kata Grajagan, nama dari sebuah teluk yang memiliki ombak yang besar. G-Land dikelilingi oleh hutan hujan tropis yang masih alami. Bulan Mei sampai Oktober adalah bulan terbaik untuk surfing. G-Land menawarkan olahraga surfing yang paling digemari oleh para pesurfer dan disarankan hanya untuk para pesurfer profesional karena ombaknya yang dapat mencapai 5 meter.
Kebanyakan dari para peselancar berangkat dari Bali, melalui Banyuwangi langsung ke G-Land atau ke Grajagan, kemudian menyewa boat ke pantai Plengkung. Untuk menginap tersedia Cottage dan Jungle camp dekat pantai bagi para pengunjung
Bagaimana Mencapai Pantai Plengkung atau G-Land?
Pantai Plengkung terletak di pantai selatan Banyuwangi, ujung timur Jawa Timur. Para pengunjung dapat mencapai Pantai ini dengan dua jalur; darat maupun darat dan laut.
Lewat Darat : Banyuwangi-Kalipahit (59 Km) naik Bus, Kalipahit-Pasaranyar (3 Km) dengan ojek atau menyewa mobil, Pasaranyar Trianggulasi-Pancur (15 Km), Pancur-Plengkung (9 Km) dengan Mobil Khusus
Lewat Darat-Laut : Banyuwangi-Benculuk (35 Km) naik Bus atau kendaraan umum lainnya, Benculuk-Grajagan (18 Km) dan Grajagan Plengkung dengan Speet Boat
Kedua jalur menuju Plengkung tersebut semuanya tidak ada masalah. Jika pengunjung memilih melalui Grajagan penginapan di pantai Grajagan tersedia, dan para pengunjung bisa menikmati keindahan pantai Grajagan sebelum berangkat ke pantai Plengkung
Singkat cerita, pada pukul 09.00 mobil kita sudah memasuki kawasan hutan alas purwo, yang merupakan satu-satunya hutan lindung dan masih alamiah di pulau jawa. Tidak seperti awal dibukanya lokasi wisata alas purwo, sekarang jalan/akses menuju lokasi sudah rusak parah. Aspal hotmik yang dulu mulus sekarang tinggal bebatuan akibat mengelupasnya aspal, dan itu seluruh jalan menuju beberapa lokasi di wisata alas purwo, termasuk Plengkung yang kita tuju. Jarak pintu masuk hutan dengan pancur (tempat akhir kendaraan wisata/pribadi) hanya 13 KM, namun karena kondisi jalan yang rusak tersebut membuat waktu perjalanan kami mencapai 1 jam lebih 15 menit, yang idealnya maksimal hanya ditempuh 15 menit saja. Tetapi itulah tantangan yang kami dapat, meskipun perjalanannya lambat ada hikmah yang bisa di peroleh, pertama, kita bisa menikmati suasana hutan yang sejuk dengan beberapa hewan yang sesekali melintas di jalan yang kami lalui. Kedua, banyak pelajaran yang kita peroleh dari keadaan hutan. Singkatnya, sampailah kita di pancur, selanjutnya naik kendaraan lokal untuk mencapai kawasan plengkung. Lokasi pancur menuju plengkung berjarak 9 KM darat. Meskipun hanya 9 KM perjalanan yang kami tempuh mencapai setengah jam dengan kendaraan lokal tersebut. Keadaan ini wajar mengingat kondisi jalan yang masih berbentuk tanah liat dan bebatuan, apalagi kondisinya hujan sehingga jalannya semakin rusak dan sulit di lewati.
Setelah kira-kira setengah jam, sampailah kita di tempat yang kita tuju. Ya, tidak salah lagi Plengkung, disana tampak para surfer asing menikmati gulungan gelombang setinggi 3 meter. Kami sendiri hanya bisa menikmati suasana alam dan pantai yang sangat luar biasa, penuh dengan kesempurnaan alam. Beberapa dari kami begitu menikmatinya, seperti khadi yang asyik bermain pasir, sony dan Nus sibuk mengumpulkan pasir bola, dan yang lain asyik jalan-jalan menikmati “The Truly Paradise”. Kira-kira pukul 13.00 kami semua berkumpul lagi menikmati makan bersama di tepi pantai Plengkung. Perpaduan antara keindahan alam dan kenikmatan masakan yang kami bawa serasa mempu melupakan kepenatan selama ini.
Dan akhirnya, perjalanan kami begitu menyenangkan dan sejenak melupakan kepenatan tugas kantor yang membombardir terus menerus…..dan malamnya, tepat pukul 19.00 kami meninggalkan “Negeri Minakjinggo” menuju “Negeri Ken Arok” malang…..wassalam..
Dalam perjalanan menuju banyuwangi –memang tujuan kami adalah refreshing- banyak tempat yang kita singgahi diantaranya adalah rumah Khadi di Pasuruan, sesampai di rumahnya kira-kira pukul 16.30, sejenak kita santai, sholat Asar, sambil mencari kebutuhan logistik diperjalanan selanjutnya. Kemudian perjalanan kita lanjutkan menuju Jember, tepat jam 21.00 perjalanan kita sampai di sebuah kecamatan bernama Silo, kita bingung mencari tempat untuk Nonton bareng piala dunia antara Brazil Vs Belanda, akhirnya ditengah perjalanan ada kelompok masyarakat yang mengadakan nonton bareng sepak bola, dan kamipun menyempatkan untuk bergabung dengan mereka, yah…nonton bareng. Dari 6 orang yang ikut dalam perjalanan ini 3 orang, Muis, Tamam dan 1 teman yang dukung Brazil dan 3 orang yaitu saya, romi dan Khadi mendukung belanda, tampak suasana asyik sambil gojlok-gojlokan ketika tim yang didukung masing-masing menyerang atau bahkan hampir mencetak gol. Suasana semakin panas ketika umpan terobosan Filipe Melo di eksekusi dengan baik oleh Robinho dan menjadi Gol, brazil unggul 1:0 atas belanda, bagi kami yang mendukung Belanda tentu mendapat “bonus gojlokan” dari temen-temen yang mendukung Brazil, sampai babak pertama pertandingan kedudukan masih sama. Dalam suasana yang penuh dengan kesenangan tersebut membuat kami terlena bahwa kita sudah ada janjian sama pemilik nelayan di Muncar banyuwangi pada pukul 02.00, akhirnya kami sudahi nonton bareng meskipun masih tersisa satu babak lagi, untukngnya RRI menyiarkan langsung pertandingan tersebut, sehingga dalam perjalanan kami menuju Banyuwangi tetap tahu perkembangan dari menit-ke menit pertandingan itu.
Ditengah perjalanan menuju banyuwangi tersebut suasana gojlokan masih terasa dari pihak pendukung brazil, namun gojlokan tersebut berakhir ketika filipe melo memasukkan bola ke gawangnya sendiri dan bahkan ketika Sneijder mencetak gol ke 2 untuk Belanda, suasana yang semula menjadi sebaliknya….
Akhirnya, tepat pukul 23.00 mobil yang kami tumpangi masuk di kabupaten Banyuwangi, tanpa terasa perut kami keroncongan, sebab sejak sore perut kami belum terisi makanan, dan saya mengajak teman-teman untuk makan di warung pedas mak In, di desa Blambangan Muncar dengan spesial menu cumi-cumi pedas, setelah selesai makan malam perjalanan kita lanjutkan menuju “heaven village” tempat kelahiran saya, tepat pukul 24.00 kami tiba di rumah saya. Kalau dihitung-hitung, perjalanan kami dari Malang sampai tempat saya menyita kurang lebih 9 jam, wah..tentu perjalanan yang melelahkan……
Kemudian sejenak kami santai di teras rumah sambil menikmati kopi asli banyuwangi, ngobrol kesana kemari seakan-akan tidak ada habisnya bahan obrolan, dan tanpa kita sadari jam sudah menunjukkan pukul 02.30, itu artinya bahwa uji adrenalin tahap satu siap dimulai, kami menyiapkan keperluan seperti makanan, minuman, kail, panjing dan beberapa kebutuhan memancing.
Uji Adrenalin Tahap satu (hari pertama)
Setelah kebutuhan yang diperlukan siap, maka tepat pukul 02.45 perjalanan dilanjutkan menuju desa kawang, tempat bersandarnya perahu, dengan 7 personil + satu teman dari banyuwangi. Banyak orang mengingatkan kita tentang kondisi cuaca yang tidak bersahabat, termasuk pemilik perahu yang kita tumpangi. Yah…benar saja, pada pukul 03.00 pengujian di mulai. Kira-kira perjalanan laut kurang lebih 15 menit, perahu yang kita tumpangi sudah di hantam ombak yang cukup besar sampai air ombak tersebut masuk di dalam perahu. Melihat kondisi tersebut, teman yang belum terbiasa menghadapi gelombang, tentu sangat ketakutan, dan kejadian tersebut berulang-ulang sampai kira-kira 30 menit perjalanan lepas pantai.
Akhirnya, sampailah kita di lokasi pemancingan yang kita inginkan… semua menyiapkan peralatan masing-masing, game di mulai….baru 1 menit melemparkan kail di laut, kailku langsung di santap sama ikan terongan…wou…strike……terus dan terus….kira-kira pukul 07.00, kita pindah lokasi yang agak ditengah, umpan di masukkan dan strike. Satu persatu dari kami menarik ikan dari kail masing-masing…tetapi semua terdiam ketika romi mendapatkan ikan merah yang cukup besar. Baru satu jam menikmati pesta ikan, gangguan sudah muncul, yaitu angin disertai dengan gelombang yang cukup tinggi….tau gak apa yang terjadi….? Satu persatu pemula…plek…plek…alias teler karena hantaman gelombang yang bertubi-tubi, akhirnya kita memilih lokasi yang aman dari gelombang yaitu di barat gunung sembulungan, benar saja, karena angin dari timur, kita terhindar dari amukan gelombang nyai roro kidul. Namun sayangnya, lokasi yang nyaman dan aman tidak ada ikan yang kita dapat, hanya saya yang dapat 2 ikan kerapu, itupun kecil-kecil…..kemudian hunting lokasi lagi, dan seterusnya. Sampailah kita di lokasi yang namanya bagang, beberapa dari kami masih mencoba untuk strike lagi, dan tiga teman memanfaatkannya untuk istirahat. Benar-benar suasana yang penuh dengan tantangan….dari kegiatan memancing ikan tersebut kita menghabiskan waktu kurang lebih 9 jam, tepat pukul 12.00 aktivitas di hentikan dan go back…untuk istirahat.
Pada pukul 15.00 kami memanfaatkan waktu luang untuk menikmati suasana pelabuhan ikan muncar, benar saja, suasana yang begitu nyaman, asri disertai angin sepoi basah dari laut sungguh menjadi penghilang rasa capek yang luar biasa sewaktu memancing di selat Bali. Kurang lebih 2 jam di pelabuhan perjalananya dilanjutkan ke masakan khas Banyuwangi, bakso. Sambil asyik ngobrol kesana kemari, kita juga memanfaatkan untuk “rapat darurat” membahas kegiatan hari minggunya. Hasil keputusannya bahwa agenda hari minggu dimanfaatkan untuk ke Plengkung/G-Land, satu zona surfing kelas dunia. Namun ada satu teman yang pergi ke bali dan memang ada kegiatan di Bali. Akhir cerita, perut kenyang dan kembali ke home.
Sesampainya di rumah, para “Stricker dadakan” ini sudah disibukkan dengan berdebat tentang jago bola masing-masing ada yang menjago Argentina dan Ada yang menjago jerman. Sambil menikmati makan malam hasil tangkapan sendiri, kita memanfaatkan untuk mencari strategi tentang kegiatan di G-Land pada hari minggunya, sedangkan mas romi asyik dengan menonton GP. Ketika asyik ngobrol, tiba-tiba adik-ku memberi tahu bahwa piala dunia sudah di mulai dan kami pun bergegas menuju lokasi nonton bareng dengan beberapa teman yang sudah stand di situ sebelumnya. Dan hasilnya 4:0 untuk jerman.
Uji Adrenalin Tahap dua (hari ke-dua)
Jam 06.00 pagi kami telah selesai menyiapkan beberapa kebutuhan selama kegiatan di G-Land nantinya. Dan pukul 06.30 kami melanjutkan perjalanan menuju Plengkung/G-land. Sebelum melanjutkan cerita saya mau perkenalkan dulu tentang G-Land/ Plengkung:
Plengkung atau yang dikenal oleh wisatawan mancanegara dengan nama G-Land merupakan surga bagi para peselancar profesional dari dalam negeri ataupun mancanegara. Huruf G berasal dari kata Grajagan, nama dari sebuah teluk yang memiliki ombak yang besar. G-Land dikelilingi oleh hutan hujan tropis yang masih alami. Bulan Mei sampai Oktober adalah bulan terbaik untuk surfing. G-Land menawarkan olahraga surfing yang paling digemari oleh para pesurfer dan disarankan hanya untuk para pesurfer profesional karena ombaknya yang dapat mencapai 5 meter.
Kebanyakan dari para peselancar berangkat dari Bali, melalui Banyuwangi langsung ke G-Land atau ke Grajagan, kemudian menyewa boat ke pantai Plengkung. Untuk menginap tersedia Cottage dan Jungle camp dekat pantai bagi para pengunjung
Bagaimana Mencapai Pantai Plengkung atau G-Land?
Pantai Plengkung terletak di pantai selatan Banyuwangi, ujung timur Jawa Timur. Para pengunjung dapat mencapai Pantai ini dengan dua jalur; darat maupun darat dan laut.
Lewat Darat : Banyuwangi-Kalipahit (59 Km) naik Bus, Kalipahit-Pasaranyar (3 Km) dengan ojek atau menyewa mobil, Pasaranyar Trianggulasi-Pancur (15 Km), Pancur-Plengkung (9 Km) dengan Mobil Khusus
Lewat Darat-Laut : Banyuwangi-Benculuk (35 Km) naik Bus atau kendaraan umum lainnya, Benculuk-Grajagan (18 Km) dan Grajagan Plengkung dengan Speet Boat
Kedua jalur menuju Plengkung tersebut semuanya tidak ada masalah. Jika pengunjung memilih melalui Grajagan penginapan di pantai Grajagan tersedia, dan para pengunjung bisa menikmati keindahan pantai Grajagan sebelum berangkat ke pantai Plengkung
Singkat cerita, pada pukul 09.00 mobil kita sudah memasuki kawasan hutan alas purwo, yang merupakan satu-satunya hutan lindung dan masih alamiah di pulau jawa. Tidak seperti awal dibukanya lokasi wisata alas purwo, sekarang jalan/akses menuju lokasi sudah rusak parah. Aspal hotmik yang dulu mulus sekarang tinggal bebatuan akibat mengelupasnya aspal, dan itu seluruh jalan menuju beberapa lokasi di wisata alas purwo, termasuk Plengkung yang kita tuju. Jarak pintu masuk hutan dengan pancur (tempat akhir kendaraan wisata/pribadi) hanya 13 KM, namun karena kondisi jalan yang rusak tersebut membuat waktu perjalanan kami mencapai 1 jam lebih 15 menit, yang idealnya maksimal hanya ditempuh 15 menit saja. Tetapi itulah tantangan yang kami dapat, meskipun perjalanannya lambat ada hikmah yang bisa di peroleh, pertama, kita bisa menikmati suasana hutan yang sejuk dengan beberapa hewan yang sesekali melintas di jalan yang kami lalui. Kedua, banyak pelajaran yang kita peroleh dari keadaan hutan. Singkatnya, sampailah kita di pancur, selanjutnya naik kendaraan lokal untuk mencapai kawasan plengkung. Lokasi pancur menuju plengkung berjarak 9 KM darat. Meskipun hanya 9 KM perjalanan yang kami tempuh mencapai setengah jam dengan kendaraan lokal tersebut. Keadaan ini wajar mengingat kondisi jalan yang masih berbentuk tanah liat dan bebatuan, apalagi kondisinya hujan sehingga jalannya semakin rusak dan sulit di lewati.
Setelah kira-kira setengah jam, sampailah kita di tempat yang kita tuju. Ya, tidak salah lagi Plengkung, disana tampak para surfer asing menikmati gulungan gelombang setinggi 3 meter. Kami sendiri hanya bisa menikmati suasana alam dan pantai yang sangat luar biasa, penuh dengan kesempurnaan alam. Beberapa dari kami begitu menikmatinya, seperti khadi yang asyik bermain pasir, sony dan Nus sibuk mengumpulkan pasir bola, dan yang lain asyik jalan-jalan menikmati “The Truly Paradise”. Kira-kira pukul 13.00 kami semua berkumpul lagi menikmati makan bersama di tepi pantai Plengkung. Perpaduan antara keindahan alam dan kenikmatan masakan yang kami bawa serasa mempu melupakan kepenatan selama ini.
Dan akhirnya, perjalanan kami begitu menyenangkan dan sejenak melupakan kepenatan tugas kantor yang membombardir terus menerus…..dan malamnya, tepat pukul 19.00 kami meninggalkan “Negeri Minakjinggo” menuju “Negeri Ken Arok” malang…..wassalam..
0 komentar:
Post a Comment