Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Monday, June 28, 2010

Entrepreneurship VS Teknopreneurship

Monday, June 28, 2010

( Sebuah Peluang…………?? )

Orang sering berpandangan bahwa segala yang berurusan dengan bisnis selalu terkait dengan modal, artinya bahwa bagi orang yang bermodal –ber-uang- dapat menjalankan bisnis apapun sesuai dengan selera, tetapi bagi khalayak umum yang tidak bermodal, berbisnis merupakan hal yang tabu dan sulit dilakukan. Statemen tersebut kiranya wajar mengingat selama ini pola/sistem yang mendukung kearah tersebut nyaris tidak ada. Bahkan berpikir untuk “berbisnis” pun tidak ada.
Orientasi pendidikan kita selama ini (yang saya pahami) menjadi salah satu indikator utama pembentukan bussines character bagi lulusannya ternyata kurang memberikan porsi kewirausahaan atau bahkan nyaris adanya. Hal yang demikian ini secara alamiah akan menciptakan paradigma berpikir abstrak terkait dengan bisnis/kewirausahaan. Orientasi pendidikan yang lebih mengarah pada pembentukan thought approach tereduksi dalam sistem pendidikan membentuk masyarakat yang berfikir dari pada masyarakat yang bertindak.

Kesadaran terhadap kenyataan bahwa masyarakat kita mengalami bussines phobia semakin dirasakan oleh stakeholder kita. Minimal dapat kita lihat dengan perubahan komposisi/prosentase jumlah sekolah kejuruan dengan sekolah menengah, dimana proses sebelumnya dari 30:70 untuk sekolah menengah dan sekarang (dan yang akan datang) menjadi sebaliknya, dimana 70:30 untuk sekolah kejuruhan. Proses perubahan ini diyakini dapat merubah style yang lebih berorientasi pada pembentukan bussines character bagi setiap lulusannya. Makanya tidak mustahil apabila pemerintah betul-betul “gethol” terhadap sekolah-sekolah yang berbasis kejuruhan.

Disamping itu, peningkatan lembaga penunjang ketrampilan masyarakat semakin ditumbuh kembangkan sebagai bagian dari orientasi tersebut. Sehingga diharapkan dapat menciptakan keterampilan bagi masyarakat yang ending point-nya dapat tertanam bussines character yang saya maksud. Dengan kata lain bahwa, upaya yang dilakukan oleh pemerintah melalui peningkatan pelatihan dan keterampilan tidak lain dimaksudkan agar kelak lulusannya bisa berwirausaha sendiri dengan kemampuan yang diperolehnya dari sekolah kejuruan dan lembaga keterampilan lainnnya.

Banyak kalangan Bisnis berpendapat bahwa Kematangan tidak dinilai dari berapa usia yang dimiliki, sukses sejak muda adalah hal yang mungkin. Kunci untuk mendapat sebuah keberhasilan dan kesuksesan diperoleh dari Work hard sedangkan kepandaian dan faktor lainnya hanyalah pendukung. Semakin sering diasah kemampuan usahanya, maka semakin besar peluang untuk menjadi pengusaha sukses. Wirausahawan adalah orang yang memiliki seni dan ketrampilan tertentu dalam menciptakan usaha atau bisnis yang baru dengan diperhadapkan dengan resiko dan ketidakpastian dalam memperoleh keuntungan dan mengembangkan bisnis dengan cara mengenali kesempatan dan memanfaatkan sumber daya yang diperlukan.

Kita dapat berkontribusi secara nyata kepada lingkungan masyarakat kita, ketimbang menunggu uluran tangan pemerintah dalam bertindak. Kontribusi swasta yang diberikan oleh perusahaan besar maupun UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) sangat signifikan dalam pembangunan ekonomi Negara. Beberapa konstribusi langsung adalah kegiatan wirausaha dapat meningkatkan lapangan pekerjaan, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan pemerataan pendapatan, memanfaatkan dan memobilisasi sumber daya untuk meningkatkan produktivitas nasional, serta meningkatkan penerimaan pemerintah melalui pajak.

Menurut beberapa pakar, pembangunan kewirausahaan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus membuka banyak lapangan kerja baru (Schumpeter,1971), melahirkan banyak kreativitas dan inovasi baru dalam melakukan usaha maupun teknologi (Porter,1990), meningkatkan kualitas kompetisi yang berujung pada nilai tambah bagi masyarakat (lumpkin dan Dess,1996), menurunkan biaya dan waktu yang timbul akibat ketidakpastian (McGrath, 1992), dan kesejahteraan yang pada dasarnya adalah sebuah created wealth (Porter,2004). Satu lompatan raksasa ditentukan oleh langkah kecil yang anda ambil hari ini, siapa takut jadi entrepreneur.

Selanjutnya, perlu juga saya tulis juga tentang beberapa perbedaan dari jenis usaha dilihat dari sisi pelaku usaha, diharapkan dapat memberikan tambahan pemahaman dari pembaca tentang pelaku usaha kecil, entrepreneur tradisional, dan teknopreneurship yaitu:

Usaha Kecil
• Motivasinya bekerja sendiri, lebih ke pesonaliti pemilik dan biasanya memiliki ide-ide khusus
• Kepemilikan biasanya langsung dari pendiri atau dengan rekan bisnis
• Gaya manajerial lebih hanya ke trial and error dan masih sering menghindari resiko, juga arus kas keuangan masih stabil
• Kepemimpinan dari usaha kecil memiliki hubungan baik dengan bawahan, saling berkolaborasi, dan biasanya sering menghasilkan kemenangan kecil
• Inovasi dari usaha kecil memerlukan waktu yang lama sesuai dengan tanggung jawab pemilik
• Outsourcing atau jaringan kerja usaha kecil masih sederhana dan jika lobi bisnis biasanya langsung ke pemilik
• Potensi pertumbuhan stabil
• Target pasar local dan melakukan penekanan biaya

Entrepreneur Tradisional
• Motivasi lebih ke banyak konsep dan ide, eksploitasi banyak kesempatan dan akumulasi kekayaan
• Kepemilikan berada di saham pengendali dengan keuntungan yang maksimal
• Gaya manajerial yang professional dan mau menerima resiko
• Kepemimpinan dengan otoritas tinggi
• Inovasi bukan prioritas utama, namun mengandalkan franchise dan lisensi
• Outsourcing penting, namun saying sulit mendapatkan tenaga ahli
• Potensi pertumbuhan menggunakan proteksi, monopoli, oligopoly, sehingga pertumbuhan secara global lambat
• Target pasar lebih ke nasional dan memakan waktu lama

Teknopreneur
• Motivasi demi kesuksesan dengan teknologi baru, penuh kompetisi dan resiko
• Kepemilikan berasal dari saham kecil hingga besar
• Gaya manajerial dengan pengalaman terbatas, namun fleksibel, dan memiliki semangat inovasi yang berkelanjutan
• Kepemimpinan selalu menghargai kontribusi dan pencapaian, juga berjuang secara kolektif
• Dalam inovasi selalu menjadi pemimpin dalam riset, IT dan biotek global, plus kecepatan peluncuran produk ke pasar
• Berkembang bersama dalam satu tim outsourcing
• Potensi pertumbuhan sangat besar karena selalu mengakuisisi teknologi dan pasar berubah seiring teknologi baru
• Target pasar global dan mendidik konsumen teknologi baru

Teknopreneurship sudah seharusnya didorong pengembangannya oleh pemerintah. Sebab dengan bertambahnya jumlah mereka itulah, maka bangsa Indonesia akan mampu menjadi bangsa yang bersaing pada tataran persaingan global. Dimana tidak sekedar ‘menjual’ barang komoditas ataupun barang industri yang persaingan pasarnya relatif ketat. Tetapi mereka juga menjual produk inovatif yang mampu menjadi subsitusi maupun komplemen dalam kemajuan peradaban manusia. Wallahu a’lam….trims.

0 komentar:

Post a Comment

 

Statistik Pengunjung